Mengapa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam selalu sehat dan tidak sakit?
Kesehatan
dan keselamatan termasuk nikmat Allah yang paling berharga kepada
hambaNya, pemberianNya yang paling besar, karuniaNya paling agung, orang
yang dilimpahi nikmat ini patut dan pantas memperhatikan, menjaga dan
memeliharanya dari musuhnya, Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam
Shahihnya dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda, “Dua nikmat
di mana banyak manusia tertipu padanya, kesehatan dan waktu luang.” Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Bakar berkata, aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, “Mintalah keyakinan dan keselamatan kepada Allah, seseorang
tidak diberi sesuatu setelah keyakinan yang lebih baik daripada
keselamatan.”(Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Syuaib dan Abdul Qadir
al-Arnauth dalam ta`liq atas Zad al-Ma’ad).
Apabila
kita menengok kehidupan Rasulullah saw maka kita mendapati bahwa beliau
sehat seumur hidup, banyak faktor yang menunjang sehatnya beliau, salah
satunya dan yang terpenting di samping panjagaan dari Allah adalah
faktor makan dan minum. Siapa pun mengetahui bahwa makan dan minum
berperan penting dalam menjaga sekaligus merusak kesehatan, makan dan
minum ibarat pisau bermata ganda, jika ia diatur dengan baik maka akan
memberi manfaat bagi tubuh, sebaliknya akan merusak dan memicu penyakit
bagi tubuh. Inilah rahasia dari Firman Allah, “Makan dan minumlah dan
jangan berlebih-lebihan.”(Al-A’raf: 31). Allah membimbing hamba-hambaNya
agar makan dan minum yang bisa menegakkan badan dan dalam kadar yang
bisa memberi manfaat kepada badan baik dalam jumlah dan cara, lebih dari
itu merupakan israf (berlebih-lebihan) yang bisa memicu penyakit.
Dahulu orang-orang Arab berkata, ‘al-bathnu bait ad-da`, perut itu
adalah sarang penyakit.
Dari
sini maka mengungkap fakta mengapa Nabi saw sehat berarti mengungkap
fakta makan dan minum beliau, Imam Ibnul Qayyim -semoga Allah
merahmatinya- dalam Zad al-Ma’ad jilid 4 mengungkap fakta makan dan
minum beliau, di antara yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim -semoga Allah
merahmatinya,
1-
Nabi saw tidak membatasi diri pada satu macam makanan di mana beliau
tidak makan selainnya, ini artinya Nabi saw makan secara berimbang, Ilmu
kesehatan modern mengakui kebenaran perbuatan Nabi saw ini, makan yang
dibatasi pada satu atau jenis makanan tertentu tidak baik dari sisi
keseimbangan tubuh, akibatnya tubuh kehilangan keseimbangannya yang
berujung kepada rusaknya kesehatan. Nabi saw saw makan daging,
buah-buahan, roti, kurma dan lain-lainnya, beliau makan yang ada dan
biasa di makan oleh kaumnya. Jika salah satu makanan memerlukan
penyeimbang maka beliau akan makan penyeimbangnya, seperti panasnya
kurma beliau seimbangkan dengan semangka, jika tidak ada penyeimbangnya
maka beliau makan secukupnya tanpa berlebih-lebihan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif.
2-
Nabi saw menyukai daging dan yang paling beliau sukai adalah sampil.
Dalam ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah berkata, “Kami bersama
Rasulullah saw dalam sebuah jamuan, beliau disuguhi sampil, ia memang
disukai oleh beliau, beliau menggigitnya…” Kita melihat bahwa sampil
termasuk bagian yang rendah lemaknya, ringan bagi perut sehingga ia
mudah dicerna di samping memberi kekuatan bagi tubuh, ini merupakan
salah satu ciri makanan yang baik, makan makanan dengan ciri ini lebih
baik dan lebih menjaga kesehatan daripada makan selainnya dalam porsi
besar.
3-
Nabi saw menyukai madu, gara-gara kesukaan beliau kepada madu sampai
terjadi masalah di antara sebagian istri beliau karena beliau sedang
menikmati madu di rumah salah seorang istrinya. Manfaat madu bagi
kesehatan bahkan penyembuhan tidak diragukan sejak dulu sampai sekarang,
diakui oleh seluruh kalangan, direkomendasikan oleh ilmu kesehatan,
tidak mengherankan karena ayat al-Qur`an berkata, “Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia.”(An-Nahl: 69). Dalam Shahih
al-Bukhari dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi saw bersabda,
“Kesembuhan ada pada tiga: Minum madu…
4-
Nabi saw makan kurma bahkan menyukainya, Aisyah salah seorang istri
beliau pernah bercerita bahwa selama dua bulan tidak ada api yang
menyala di rumahnya –maksudnya tidak masak- dia dengan Rasulullah hidup
selama itu hanya dengan aswadan, kurma dan air. Dalam momen-momen
tertentu beliau menganjurkan umatnya makan kurma, seperti pada saat
berbuka puasa. Dalam al-Qur`an kurma sering disinggung, bahkan ketika
Maryam ibu Isa hendak melahirkan dan dia mendapatkan kesengsaraan
seperti dia dapatkan, Allah menyediakan untuknya kurma sebagai makanan.
Semua ini bukan kebetulan atau karena kurma merupakan buah yang melimpah di sana, akan tetapi lebih dari itu, ternyata kurma itu mengandung apa yang dikatakan oleh Z.A. Maulani dari istrinya, “Istri saya itukan berlangganan dengan majalah American Medical Journal, dia memberitahukan kepada saya, ‘Zen’ katanya, ‘Masya Allah’ dia bilang, ‘Dari riset yang dilakukan oleh American Medical Journal itu ternyata kurma itu menyimpan hampir semua vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia…” (Dikutip dari Mengkritisi Debat Fikih Lintas Agama, Hartono Ahmad Jaiz hal. 87).
Semua ini bukan kebetulan atau karena kurma merupakan buah yang melimpah di sana, akan tetapi lebih dari itu, ternyata kurma itu mengandung apa yang dikatakan oleh Z.A. Maulani dari istrinya, “Istri saya itukan berlangganan dengan majalah American Medical Journal, dia memberitahukan kepada saya, ‘Zen’ katanya, ‘Masya Allah’ dia bilang, ‘Dari riset yang dilakukan oleh American Medical Journal itu ternyata kurma itu menyimpan hampir semua vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia…” (Dikutip dari Mengkritisi Debat Fikih Lintas Agama, Hartono Ahmad Jaiz hal. 87).
5-
Nabi saw makan secukupnya, tidak sampai pada tingkat berlebih-lebihan
atau kekenyangan, karena makan yang mencapai tingkat kekenyangan
lebih-lebih jika ia merupakan kebiasaan tidak baik bagi tubuh dan bisa
memicu penyakit-penyakit yang bermacam-macam. Dari sini maka beliau
menyarankan manusia agar makan seperti dalam sabda beliau, “Manusia
tidak mengisi bejana yang lebih buruk daripada perut, cukup bagi Bani
Adam beberapa suapan yang menegakkan tulang sulbinya, jika memang harus
melakukan maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan
sepertiga untuk nafasnya.”(HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah,
sanadnya shahih menurut muhaqqiq Zad al-Ma’ad)
0 Response to "Mengapa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam selalu sehat dan tidak sakit?"
Posting Komentar